Aku sering mengeluh, terutama
kepada diriku sendiri. Kenapa bebanku selalu jauh lebih berat berbanding orang
lain? Kenapa tugas dan pekerjaanku jauh lebih banyak daripada orang lain? Kenapa
aku diberi ujian jauh melebihi orang lain? Dan masih banyak lagi pertanyaan
mengapa yang sering melintas di dalam kepala setiap saat. Mengeluh dan tidak
menerima atas apa yang Allah beri.
Sekembalinya aku ke Malaysia setelah memutuskan untuk cuti yang sangat lama
alias lima bulan, sedikit banyak telah merubah jalan berfikir. Mungkin,
sebelumnya karena aku sudah terlalu capek dengan pekerjaan yang aku jalani lalu
memilih mundur sejenak. Memandang dari kejauhan, meninjau kembali apakah pekerjaan
sebagai pembantu rumah tangga adalah pekerjaan yang benar untukku. Meninjau dari
segi pendapatan dan kesanggupan badan untuk terus menjadi pembantu rumah tangga
dengan seabrek pekerjaan.
Pernah berbincang kepada mbak
Anazkia, kenapa sih kita sama-sama ditempatkan untuk bekerja menjadi pembantu
rumah tangga? Ternyata, setelah difikir kembali bahwa pekerjaan inilah yang
sesuai aku kerjakan di Malaysia. Aku tidak menyukai tinggal beramai-ramai di
sebuah asrama dengan peraturan kerja yang ketat. Aku tidak suka terlalu banyak
diatur. Aku juga tidak terlalu suka untuk mengasuh anak kecil apalagi untuk
menjaga orang tua. Pekerjaan yang membuat saya bebas menentukan apapun adalah
pembantu rumah untuk saat ini. meski pekerjaannya banyak, tapi setidaknya aku
hanya perlu focus dengan pekerjaan yang ada di depanku.
Hanya perlu focus dengan
pekerjaanku meski banyak yang harus dikerjakan. Rumah yang aku tinggali bukan
main-main besarnya, sebuah bungalow dua tingkat. Sejak pukul 06.30 harus sudah
mulai bekerja jika ingin selesai lebih awal. mengelap meja-meja dan perabot
lainnya, menyapu lalu lanjut mengepel. Biasanya akan selesai jam 08.30. lanjut
lagi dengan membersihkan ruang samping, celah belakang rumah atau vacuum kolam.
Setelah anak majikan dan majikan berangkat, lanjut untuk membersihkan lantai
dua, merapikan kamar, mengambil baju kotor dan menyapu. Cuci toilet dilakukan
setiap seminggu dua kali, atas dan bawah terdapat tujuh kamar mandi. Mencuci baju,
terkadang sehari bisa tiga mesin. Memasak untuk anak pulang sekolah, biasanya untuk
sarapan dibantu sama temenku yang mengasuh bayi, toh yang makan sarapan hanya
satu orang, lainnya memilih makan di luar.
Masih harus membersihkan unit
apartement setiap seminggu dua kali, menjemput anak pulang sekolah, berbelanja
dan memasak makan malam. Yang paling melelahkan dan paling berat adalah
mengelap cermin karena bangunan rumah ini dikelilingi kaca yang tinggi-tinggi. Terkadang sangat
melelahkan,, apalagi saat kita baru saja selesai melakukan pekerjaan, kita
melihat teman yang lain bisa bekerja sedikit lebih nyantai. Padahal enggak juga
sih, mengasuh anak kecil dan mengasuh orang tua juga bukan pekerjaan mudah,
pasti sangat melelahkan. Aku juga berterimakasih kepada kedua temanku yang
sedikit banyak sudah membantu pekerjaanku.
Kalau lagi lupa dengan setatus,
terkadang suka pengen marah, kita capek-capek kerja lalu melihat teman kita
sedang main-main handphone sambil leyeh-leyeh. Padahal mereka kan capek juga,
sudah bekerja. Aku jadi merasa sok paling banyak kerja dan paling payah. Paling susah untuk mengontrol emosi, jadi
lebih baik kita bergeser, mencari tempat yang aman agar tidak melihat mereka
atau mendinginkan kepala dengan mandi. Dalam hati terus mengingatkan diri,
pekerjaan mengemas rumah bukanlah tugas mereka, ini adalah tanggung jawabku. Aku
harus bahagia dengan pilihanku. Aku harus menerima segala konsekuensi dari
pekerjaanku.
Meluaskan hati bukan pekerjaan
mudah. Perlu latihan secara terus menerus, mengontrol emosi agar tidak meledak
dan memuntahkan kata-kata bejat yang tidak baik diterima oleh telinga. Kita bekerja
dengan payah, orang lain juga bekerja dengan payah. Kita sama-sama bekerja
dalam porsi masing-masing, menerima gaji pun dengan porsi masing-masing. Kewajiban
sang majikan untuk melihat sendiiri apa yang dipekerjakan oleh pekerjanya dan
meninjau apakah gaji yang diterima
sesuai atau tidak. Tugas kita sebagai pekerja adalah melakukan kewajiban untuk
bekerja dan menerima hak berupa upah atau gaji.
Dengan pekerjaan ini, bisa
menjadi pelajaran bagiku untuk kehidupan berumah tangga kelak. Entah siapapun
yang Tuhan jodohkan untukku, hidup berumah tangga adalah bentuk kerja sama. Seorang
suami mengerjakan apa yang menjadi pekerjaan suami dan seorang istri
mengerjakan pekerjaan seorang istri. Memahami posisi masing-masing sehingga
kedepannya bisa berjalan baik. Lagi-lagi dengan meluaskan hati sendirilah jalan
penyelesaian dari kerumitan hidup, memasrahkan kepada Allah sepenuhnya hidup
ini, kita tidak bisa merubah orang lain tapi kita bisa meruah diri sendiri. Orang
lain adalah milik Allah, begitu juga dengan diri kita sendiri. Selalu minta
kepada Allah agar selalu membenahi diri kita sendiri.
flower img |