Saturday 27 August 2016


Aku sering mengeluh, terutama kepada diriku sendiri. Kenapa bebanku selalu jauh lebih berat berbanding orang lain? Kenapa tugas dan pekerjaanku jauh lebih banyak daripada orang lain? Kenapa aku diberi ujian jauh melebihi orang lain? Dan masih banyak lagi pertanyaan mengapa yang sering melintas di dalam kepala setiap saat. Mengeluh dan tidak menerima atas apa yang Allah beri.

Sekembalinya aku ke Malaysia  setelah memutuskan untuk cuti yang sangat lama alias lima bulan, sedikit banyak telah merubah jalan berfikir. Mungkin, sebelumnya karena aku sudah terlalu capek dengan pekerjaan yang aku jalani lalu memilih mundur sejenak. Memandang dari kejauhan, meninjau kembali apakah pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga adalah pekerjaan yang benar untukku. Meninjau dari segi pendapatan dan kesanggupan badan untuk terus menjadi pembantu rumah tangga dengan seabrek pekerjaan.

Pernah berbincang kepada mbak Anazkia, kenapa sih kita sama-sama ditempatkan untuk bekerja menjadi pembantu rumah tangga? Ternyata, setelah difikir kembali bahwa pekerjaan inilah yang sesuai aku kerjakan di Malaysia. Aku tidak menyukai tinggal beramai-ramai di sebuah asrama dengan peraturan kerja yang ketat. Aku tidak suka terlalu banyak diatur. Aku juga tidak terlalu suka untuk mengasuh anak kecil apalagi untuk menjaga orang tua. Pekerjaan yang membuat saya bebas menentukan apapun adalah pembantu rumah untuk saat ini. meski pekerjaannya banyak, tapi setidaknya aku hanya perlu focus dengan pekerjaan yang ada di depanku.

Hanya perlu focus dengan pekerjaanku meski banyak yang harus dikerjakan. Rumah yang aku tinggali bukan main-main besarnya, sebuah bungalow dua tingkat. Sejak pukul 06.30 harus sudah mulai bekerja jika ingin selesai lebih awal. mengelap meja-meja dan perabot lainnya, menyapu lalu lanjut mengepel. Biasanya akan selesai jam 08.30. lanjut lagi dengan membersihkan ruang samping, celah belakang rumah atau vacuum kolam. Setelah anak majikan dan majikan berangkat, lanjut untuk membersihkan lantai dua, merapikan kamar, mengambil baju kotor dan menyapu. Cuci toilet dilakukan setiap seminggu dua kali, atas dan bawah terdapat tujuh kamar mandi. Mencuci baju, terkadang sehari bisa tiga mesin. Memasak untuk anak pulang sekolah, biasanya untuk sarapan dibantu sama temenku yang mengasuh bayi, toh yang makan sarapan hanya satu orang, lainnya memilih makan di luar.

Masih harus membersihkan unit apartement setiap seminggu dua kali, menjemput anak pulang sekolah, berbelanja dan memasak makan malam. Yang paling melelahkan dan paling berat adalah mengelap cermin karena bangunan rumah ini dikelilingi kaca  yang tinggi-tinggi. Terkadang sangat melelahkan,, apalagi saat kita baru saja selesai melakukan pekerjaan, kita melihat teman yang lain bisa bekerja sedikit lebih nyantai. Padahal enggak juga sih, mengasuh anak kecil dan mengasuh orang tua juga bukan pekerjaan mudah, pasti sangat melelahkan. Aku juga berterimakasih kepada kedua temanku yang sedikit banyak sudah membantu pekerjaanku.

Kalau lagi lupa dengan setatus, terkadang suka pengen marah, kita capek-capek kerja lalu melihat teman kita sedang main-main handphone sambil leyeh-leyeh. Padahal mereka kan capek juga, sudah bekerja. Aku jadi merasa sok paling banyak kerja dan paling payah.  Paling susah untuk mengontrol emosi, jadi lebih baik kita bergeser, mencari tempat yang aman agar tidak melihat mereka atau mendinginkan kepala dengan mandi. Dalam hati terus mengingatkan diri, pekerjaan mengemas rumah bukanlah tugas mereka, ini adalah tanggung jawabku. Aku harus bahagia dengan pilihanku. Aku harus menerima segala konsekuensi dari pekerjaanku.

Meluaskan hati bukan pekerjaan mudah. Perlu latihan secara terus menerus, mengontrol emosi agar tidak meledak dan memuntahkan kata-kata bejat yang tidak baik diterima oleh telinga. Kita bekerja dengan payah, orang lain juga bekerja dengan payah. Kita sama-sama bekerja dalam porsi masing-masing, menerima gaji pun dengan porsi masing-masing. Kewajiban sang majikan untuk melihat sendiiri apa yang dipekerjakan oleh pekerjanya dan meninjau  apakah gaji yang diterima sesuai atau tidak. Tugas kita sebagai pekerja adalah melakukan kewajiban untuk bekerja dan menerima hak berupa upah atau gaji.

Dengan pekerjaan ini, bisa menjadi pelajaran bagiku untuk kehidupan berumah tangga kelak. Entah siapapun yang Tuhan jodohkan untukku, hidup berumah tangga adalah bentuk kerja sama. Seorang suami mengerjakan apa yang menjadi pekerjaan suami dan seorang istri mengerjakan pekerjaan seorang istri. Memahami posisi masing-masing sehingga kedepannya bisa berjalan baik. Lagi-lagi dengan meluaskan hati sendirilah jalan penyelesaian dari kerumitan hidup, memasrahkan kepada Allah sepenuhnya hidup ini, kita tidak bisa merubah orang lain tapi kita bisa meruah diri sendiri. Orang lain adalah milik Allah, begitu juga dengan diri kita sendiri. Selalu minta kepada Allah agar selalu membenahi diri kita sendiri.
flower img

No comments:

Post a Comment